Saat tidak menyukai suatu hal, Anda pasti bereaksi. Reaksi ini merupakan ungkapan rasa marah, dan tiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang diam saja, meledak-ledak atau malah pergi dan menghindar.
Ekspresi marah yang berbeda ini, bukan hanya menandakan perbedaan tipe kepribadian saja. Tetapi juga “penanganan” yang berbeda-beda pula. Untuk mengetahui cara yang tepat mengontrol emosi atau “anger management”, Anda harus terlebih dulu mengetahui gaya marah Anda..
● Eksplosif ●
Hal ini biasanya ditandai dengan rasa marah yang disertai teriakan keras, melempar barang atau membanting pintu. Bukan hanya anak kecil yang mengalaminya, banyak orang dewasa yang mengungkap amarahnya dengan cara meledak-ledak. Luapan emosi yang eskplosif bisa terjadi karena adrenalin yang menyala, dan Anda bisa jadi ‘menikmati’ kondisi tersebut. Jika tidak diatasi, emosi justru makin tinggi dan bisa membuat Anda makin marah, dan melakukan hal merugikan.
Cara mengatasi : Menurut Ronald Potter-Efron, Ph.D, seorang psikiater, seperti dikutip dari Real Simple, penelitian menunjukkan respon kemarahan secara neurologis, kurang dari dua detik. Jika tidak segera dikontrol, bisa meledak. Cobalah untuk menghitung hingga 10 hitungan saat rasa marah muncul. Dalam jeda waktu tersebut kontrol emosi Anda. Lalu, daripada meluapkan rasa marah dengan cara eksplosif, lebih baik ungkapkan dengan kata-kata pada orang yang memicu kemarahan Anda, seperti “saya sangat kecewa kamu melakukan itu”.
● Menyakiti dan menyalahkan diri sendiri ●
Banyak pria dan wanita yang menyalahkan atau bahkan menyakiti diri sendiri sebagai luapan kemarahannya. Biasanya muncul pikiran, “Ini salahku, sehingga semuanya berantakan”. Pemikiran tersebut bisa memicu seseorang menyakiti diri sendiri seperti menyilet tangan atau membenturkan kepala ke tembok. Hal itu bisa terjadi, karena kepercayaan diri Anda menurun, dan menyalahkan diri sendiri.
Cara mengatasi : Setiap kali Anda merasakan dorongan menyalahkan atau menyakiti, mulailah dengan bertanya pada diri sendiri, “Siapa yang mengatakan bahwa saya bertanggung jawab untuk ini?”, lalu “Apakah saya benar-benar percaya itu?”. Buat juga daftar kelebihan atau hal positif yang Anda miliki untuk meningkatkan kepercayaan diri.
● Penyangkalan ●
Apakah Anda sering berkata “Saya baik-baik saja” atau “Tidak masalah”, padahal emosi sedang tinggi. Tidak hanya itu, Anda malah memasang senyum dan berusaha keras untuk menutupi amarah. Hal ini biasanya terjadi pada orang yang selalu ingin terlihat baik di sekelilingnya atau ia tidak terbiasa memperlihatkan perasaannya di depan orang lain. Hal ini tentu tidak baik, karena setiap orang harus menyalurkan emosinya dan itu adalah hal alami.
Cara mengatasi : Tantang diri Anda untuk mengeluarkan emosi. Pikirkan apakah pemicu rasa marah sudah sangat menyakitkan. Jika iya, mulailah luapkan amarah dengan menuliskan di kertas dan tunjukkan pada orang lain. Hal ini melatih Anda memperlihatkan emosi sekaligus mengontrolnya.
● Sarkasme ●
Saat dalam keadaan marah Anda bisa mengeluarkan kata-kata yang tajam, umpatan dan langsung memasang wajah judes. Hal itu menandakan reaksi negatif Anda sangat dominan, bukan hanya saat marah tetapi juga memandang segala hal. Jika didiamkan, Anda bisa kehilangan teman atau bahkan pasangan, karena ucapan yang bernada sarkasme, dan menyakiti orang lain.
Cara mengatasi : Gantilah umpatan Anda dengan kata-kata yang lebih baik. Ekspresikan kemarahan dengan kata-kata yang tepat, bukan dengan kata-kata kotor. Selalu ingat bahwa setiap hal yang Anda ucapkan akan berdampak besar.
Yang manakah marah anda...???
sumber
1 comment:
This is a great post, thanks
Post a Comment